welcome to my blog

jangan bosen untuk kembali lagi dan berilah komentar :D

MY BLOG

YOU'RE WELCOME

home

Rabu, 23 Juni 2010

Ehm ketemu lge nie hehehe tapi jgan bosen ea…

Mau bahas persoalan kuno nie …itu loh mas,mb’ pak, bu , tante, om mbah (udah kebanyakn nyebut ) soal cinta . . . (Oooo… )

gni ehm menurut kalian cinta itu apa ??? mungkin dlem hati udah pda bilang ini itu atow apa … klo menurut aye sendri ea cinta itu suatu rasa suka eank berlebih kpda someone mungkin rasa ego untuk ingin memiliki sepenuhnya tapi nie opini sesuai ank2 skranglah klo eank sebenernya cinta itu gak perlu memiliki cuz cinta sejati adalah melihat eank terkasih bahagia iya kan tapi mungkin untuk jaman gni susah kle ea…

jaman skarang itu cinta kadang mengadung paksaan pdahal ea cinta itu gak bleh di paksain yang blum pde ngerasain cinta jgan gengsi cuz cinta itu gak di cari tetapi cinta itu bakal datang sendiri ini udah rumus alam kayk’e oh ea missal ea ada orang eank blang suka ma kalian lha itu tuh ea blum tentu cinta krena suka en cinta tuh beda …

klo cinta tuh dari hati lhah klo suka ea cuman suka ngerti jha… so suka mungkin bagian dari cinta…. Oke kata2 masieh bnyk tpi tangan udah pgel en mata lge sakit nie kpan2 tak tambahin…

Hy.. gays… :)pngen ngungkapin pikiran nie….

Ea mungkin kyak apa ea opini kale…

Ehm klo qta tuh mw knlan ma orang pasti yang pertama kali qta nilai itu adalh tampang…iya kan… ech jgan blang gak cuz ati loe blang iya..

Jadi jgan munafik ehm gni deh coba kalian inget2 eank pde punya fb kalian bkal nge add orang krn tu org cakep atow cantik atow menariklah… hayo ngaku lgean gak mungkinkan kalian nge add org yg gak dlem kategori tadi ….

Ehm tapi gak pa2 kayak gitu itu wajar sifat alamiah manusia…

Oh ea kayaknya eank kedua tajir hayo ea kan coba missal ea ad cow ckep atow cew cantik trus tajir pasti langsung pde nge add tu orang… ech jgan bilang gak setuju di dlem ati loe pde blang iya(kyak bsa baca ati gue aje) :)

Ehm tapi klo eank kategori tajir nie gak cmuanya pde gtu mungkin hanya 90 % lah xixixixixi…. :) (aduh kbanyakn senyum mb’)

Ehm missal ea kalian puny temen dan itu knal lwat sms trus kalin jd TTM lah setelah itu ktemuan dan kalian ngeliat wajah TTM loe jlek pasti pde bilang dlem ati nyesel atow jd gmn gtu trus awal2 km nyuekin tu org en t’nyata ea… klian mulai rindu ma sms2nya eank mnurut loe pde asyik lah…lhah so kalian mulai menyadari ternyata bwt jdi temen itu gak harus liat tampang jha bisa jha ea cow atow cew eank tampangnya cakep atow cantik ternyata sifatnya nyebelin judes en laen2lah trus malah org eank tampangnya biasa2 aje malah sifatnya asyik,lucu, nyenengin en bwt nyaman …

Eah biarpun kalian trus pde sadar tpi sifat manusia eank milih temen dri tampang te2p gak bkal bisa ilang biarpun kalian pde bilang gak cuz penerapannya pde bilang iya hayo…. Setuju kan J

ehm klo soal gnian mank gak bkal bisa dib has cuz jwabannya udah jelas …

PUASA DAN LEBARAN DI TERALI BESI

Safarona menghisap cerutunya kuat-kuat lantas menghempaskan asapnya perlahan. Begitu berat menjalani hidup ini sendiri, desahnya. Kehidupan yang awalnya manis saat-saat bersama suami serta anak-anaknya kini semuanya beralih pahit. Kebahagiaan dalam rumah tangganya terampas oleh suatu bencana. Ia mulai menghisap barang-barang yang sarat nikotin itu kira-kira sebulan setelah bencana itu berakhir. Benarkah, ketabahan itu melepuh oleh adanya suatu bencana.

Kurang lebih lima bulan lalu, sabtu jam 05.53 WIB gempa bumi melanda kota Jogja yang menurut BMG memiliki kekuatan 5,9 Skala Richter dengan kedaaman 33 km di bawah laut selatan. Suami dan kedua anaknya menggelepar berjejer dalam keadaan tidak bernyawa laiknya serakan ikan asin yang dijemur nelayan di bawah terik sinar matahari. Air matanya tumpah, ia terus menangis sampai dua buah anak sungainya tidak mampu mengalirkan air lagi. Barangkali sudah kering. Timbul penyesalan yang amat sangatdalam hatinya, kenapa dirinya tidak ikut bersama-sama mereka terbang dialam Swarga Loka yang terdapat buah-buahan ranum yang menggelawat pada pohon yang rendah. Mengitari air susu, madu, tuak yang dialirkan sebuah sungai.

Maniskah suatu kematian ? Tanyanya dalam hati. Ia tak pernah tahu, tapi ia sangat paham satu hal, betapa pahit yang ditinggalkan. Janda yang masih dibilang muda, orang sekarang menyebutnya janda kembang itu menyibak gorden jendela. Desir angin menyisir rambutnya yang kusam dan tak terawatt. Ia tidak memiliki gairah untuk merias dirnya lagi. Karena ia piker untuk siapa lagi ia mempercantik diri?

Sayup-sayup telinganya menangkap gelegak tua-muda diiringi dengan bunyi-bunyian dari kentongan, gallon air minum mineral, timba membahana mengambang dalam angina malam. Suara-suara itu semakin dekat. "Sahur, sahur, sahur, sahur ……….". "Halo Janda manis dan cantik ayo sahur!" mereka melambaikan tangannya kearah jendela dimana Safarona berdiri dengan iringan muntahan tawa yang memecah. Safarona menjamah wajahnya dengan telapak tangannya. Masih cantikkah aku ? tanyanya pada diri sendiri.

Mantan ibu dari dua anak itu memang elok. Terbukti, sebulan pasca gempa pak Samijo yang memiliki usia 45-an, orang yang terkenal kaya di kampungnya langsung melamarnya. Safarona menimbang-nimbang dengan perasaan bimbang waktu itu, antara menerima atau tidak. Selebihnya, iapun menolak lamaran orang yang mempunyai " lapangan golf" dikepalanya itu.

Karena lamaran itu tak ubahnya sebuah ejekan bagi dirinya. Lagi pula ia tak mau menodai air bening yang ia kumpulkan bersama suaminya dalam tanggul kesetiaan. "Siapa yang bermaksud menghina dik Safarona? Bukankah kita sama-sama mersa sendiri. Dik Safarona tidak punya suami, begitu juga saya yang ditinggal istri. Tentu kita tak mau munafik bagaimana rasanya hidup sendiri? Pahit sekali bukan?" Laki-laki berusia senja itu menatap wajah Safarona lekat-lekat dengan gumpalan pengharapan dalam hatinya.

Tetapi Safarona tetap menolak dan bahkan disertai dengan ancaman, kalau pak Samijo tidak pergi dia akan melemparnya dengan asbakyang berisi puntung rokok yang menggunung. Dengan langkah gontai pak samijopun meninggalkan Safarona. "Aku tetap menunggu. Barangkali suatu hari kamu berubah pikiran" pak Samijo melonmggarkan dasinya yang serasa mencekik lehernya lantas ia menyeret langkahnya ke luar.

Safarona benar-benar tidak bisa membendung emosinya, iapun melempar asbak itu ke arah pak samijo, tetapi asbak itu tidak mengenai pak Samijo, hanya mampu membelah angin.

Perempuan itu tersentak kaget. Ia terjaga dari alam lamunannya. Dari mana asalnya ia mendengar lengkinga kalimat : Ya ayyuhal ikhwan. Qodaanaa waktld imsyak. Iyyakum, wal akla wa syarba waghaira zhalik Buru-buru ia mencampakkan cerutunya memasukkan sedikit makanan ke dalam mulutnya. Tiba-tiba ia tersedak masa silam yang penuh untaian intan kebahagiaan yang tersulam. Tahun lalu, ia masih melahap makan sahur bersama Sukiman, suaminya dan kedua anaknya. Betapa nikmatnya makan bersama itu, pikirnya. Tampak lebih berat memang pekerjan Safarona sebagai ibu rumah tangga karena ia harus bangun lebih awal untuk menyiapkan hidangan untuk makan sahur. Namun, ia merasakan bayarannyapun amat mahal, yaitu kebahagiaan yang melimpah.

Mendadak mulutnya mengoarkan jerit yang amat panjang. Sudah Safarona rasakan, ia bakal merayakan lebaran sendiri, tak ada lagi anak-anak yang menyambar tangan lalu menciumnya, atau kecupan hangat pada kening dan pipi dari suaminya. Ia terdiam sjenak. Pandanganya tertuju pada pintu yang terketuk. Safaona menyeret langkahnya menuju pintu. Seorang laki-laki tua merangsek masuk dan mendorong paksa tubuh Safarona sampai kemeja makan. "Apa maunya pak samijo?" "Sudahlah jangan banyak bicara, Safarona. Sekarang kita mengarungi bahtera yang penuh kenikmatan". "Jangan, pak. Kalau tidak, aku akan menjerit". "Sudahlah jangan munafik. Kamu pasti merasakan kesepian ditinggal suami?" Tawa pak samijo meledak.

"Tak ada yang akan mendengar jeritanmu dalam keadaan hujan deras seperti ini". Tubuh tambun pak Samijo terus merangsek badan Safarona. Safarona terus berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dari rengkuhan pria brusia lanjut itu. Tapi, tenaga pak Samijo lebih kuat.

Safarona merasakan tangannya memegang sebuah pisau. Dan iapun menghunjamkan tepat di kepala. Pak Samijo jatuh. Bukan hanya sampai disitu, Safarona terus menyarangkan pisau yang dibuat untuk mengupas buah-buahan itu kedadanya hingga beberapa kali. Darah segar membanjiri lantai.

Keesokan harinya, polisi hadir kerumah safarona tanpa diundang."Kami mendapatkan tugas untuk menangkap anda atas tuduhan pembumuhan. Ini surat tugasnya". Ujar salah satu dari keempat polisi itu dengan suara tegas. "Saya tidaak bersalaah, pak". Kami hanya menjalankan tugas. Nanti bisa anda jelaskan di pengadilan" salah satu polisi menyambar tangan Safarona dan memborgolnya. Selebihnya Safarona pun bertekuk- lutut pada kehendak polisi itu.

Meski Safarona meringkuk dalam terali besi, ia tidak pernah lalai menjalankan puasa sampai hari yang ke 29 hari. Ia rela hidup menderita di dunia asal di akhirat kelak ia bahagia.

Kini hari kebahagiaan umat islam itu tiba. Safarona mencucurkan air matanya. Sungguh pahit merayakan lebaran di penjara. Kalimat takbir terus menggema, tiba-tiba ia rasakan kalimat takbir itu menjelma menjadi pisau berkarat yang menyayat-nyayat jiwanya. Padahal, setahun lalu ia rasakan kalimat takbir itu tak ubahnya siraman air yang menyegarkan jiwanya yang kering.

Mungkinkah, karena dia tidak tabah oleh ujian Tuhan yang ditimpakan atas dirinya? Ataukah benteng imannya telah merapuh? Entahlah. Ia tidakmenemukan suatu jawaban pun. Yang ia rasakan sungguh hari raya sekarang berbeda Dibanding tahun lalu.

Oleh Mita Galuh Rahmawati


TUHAN SELAMATKAN AKU

Dicermin itu aku masih diam membisu. Aku berdiri dengan tangan menyangga tubuh dipinggiran wastafel. Aku menutup saluran keluarnya air. Aku biarkan air mengalir dari kran dan memenuhi wastafel hingga tunpah ke lantai. Kepalaku tertunduk mengamati wastafel yang terisi penuh dengan air. Tanganku bermain-main dengan air jernih dan bening itu. Air itu terasa dingin dan sejuk, tetapi sejuknya tidak dapat menyejukkan hatiku yang sedang galau dan kacau. Spontan aku memukul-mukul air itu dengan kedua tanganku yang kecil hanya kulit membalut tulang. Aku terus memukulnya tak berhenti menjerit. Menjerit keras hingga suaraku memenuhi ruangan. Lama-kelamaan aku berhenti memukulnya. Suaraku serak. Tenggorokanku sakit.

Aku tertunduk di lantai yang dingin. Tubuhku gemetaran, pikiranku kacau, jantungku berdegup kencang. Napasku tak beraturan. Pandangan ku kosong. Aku mulai bangkit, dan berdiri di depan cermin itu lagi. Kulihat garis-garis kepenatan disamping kedua mataku. Entah berapa banyak air mata yang keluar dari mataku. Mataku merah dan sembab. Rambut panjangku acak-acakan. Gaun indah buatan designer terkenal terlihat kotor, usang, dan sobek. Aku menyeka goresan make up di wajahku dengan air. Lipstik merah di bibirku mulai luntur ke kedua pipiku. Kini aku sempurna menjadi badut perempuan yang merana.

Irvan….. kenapa kamu tega meninggalkanku!!! Jerit batinku penuh amarah. Aku menjambak rambutku lalu aku berteriak. Melampiaskan kekesalanku. Kupukul-pukul lagiair dalam wastafel itu sambil terisak tangis. Air menciprat kemana-mana. Napasku terenggah-enggah, jantungku berdegup kencang. Kembali kulihat wajahku dicermin itu. Jelek….kotor…. sedetik kemudian cermin di depanku pecah. Tanganku berlumuran darah. Darah terus menggalir dan membanjiri wastafel. TernyataUrat nadi pergelangan tanganku putus.

Aku terjatuh di lantai. Lantai yang begitu dingin. Darah terus mengalir dan membanjiri lantai. Gaun putihku yang indah pun penuh darah.

"Fina…..Buka pintunya!!" teriak kak Fifi, kakak iparku sambil mengedor-gedor pintu.

"Fina….. buka pintunya!!"kak Fifi mengulangi kata-katanya."Fina……..!!!" kak Fredy , kakak kandungku ikut berteriak.

"Gimana mas? Dobrak saja pintunya. Aku takut terjadi apa-apa sama Fina," seru kak Fifi.

"Ya kamu minggir dulu ,"perintah kak Fredy sambil mengambil jarak. Dalam hitungan 1,2,3 kak Fredy berlari dan berhasil mendobrak pintu. Setelah pintu terbuka udara lembab dan panas menyambut mereka berdua. Bau anyir yang menyengat berhasil masuk ke lubang hidung mereka. Kak Fifi dan kak Fredy menemukannya tergeletak dilantai penuh darah.

"Fina…..kamu kenapa?" isak kak Fifi.

"Nafasnya masih ada. Cepat bawa ke rumah sakit," Seru kak Fredy sambil menggotong tubuhku.

Bunyi lampu ambulance menjadi perhatian orang- orang yang sibuk membersihkan rumahku yang tadinya tersulap menjadi taman yang indah dengan banyak bunga. Kereta dorong mengngkut tubuhku yang pucat ke dalam mobil kak Fifi dan kak Fredy ikut mengantarku ke rumah sakit. Mobil itu melaju kencang, menerobos lalu lintas yang padat. Sampai di UGD, aku dilarikan ke ruang ICU. Dokter dan perawat bergegas memasuki ruangan dan menutup pintu rapat-rapat. Hingga kak Fifi dan kak Fredy tidak dapat masuk. Sungguh hebat rumah sakit ini, dokter begitu sigap menangani pasien. Tidak seperti rumah sakit lain.Kak Fifi terisak di pelukan kak Fredy yang berkeringat dingin. Jantung mereka berdegup kencang. Mereka gelisah. Berkali-kali kak Fredy mondar-mandir melihat keadaan. Tapi, satu pun tak ada yang keluar dari ruangan. Tiba-tiba …… braaak, dua orang perawat laki-laki keluar dari ruangan dan berlari.

"Ambil persedian darah !!"perintah perawat perempuan di balik pintu. Kak Fredy yang saat itu baru saja terlelap tiba-tiba saja terbangun oleh teriakan perempuan itu. Dia langsung berlari mendekati perawat perempuan itu.

"Bagaimana keadaan adik saya? Saya ingin lihat adik saya," seru kak Fredy sambil memaksakan diri untuk masuk ruangan.

"Maaf, anda tidak boleh masuk. Dokter sedang berusaha menangani adik anda," cegah perawat itu sambil menutup pintu. Tapi gerakannya berhenti karena dua perawat laki-laki tadi berlari sambil membawa beberapa kantong darah dan mereka masuk ke dalam ruangan diikuti bunyi pintu yang dibanting keras. Kak Fredy mengeluh, kedua tangannya di letakkan dikedu kepalanya.

Di dalam ruangan, jiwaku antara hidup dan mati. Banyak darah yang keluar dari tubuhku. Tubuhku terlihat pucat dan dingin seperti mayat. Selang oksigen masuk dilubang hidungku. Infus menempel di tanganku. Darah mengalir dari selang masuk ke dalam tubuhku. Semua orang di dalam ruangan itu berkeringat dan sangat gelisah. Jantung mereka juga berdegup kencang. Salah seorang perawat mengamati monitor jantung disebelahku. Tiba-tiba ia berseru setengah berteriak.

"Dokter, detak jantungnya tidak stabil," suara itu tertahan. Dokter dan semua orang yang ada di ruangan itu ikut mengamati. Tiba-tiba………

Tiiiiiiiit……. Monitor itu bersuara panjang seperti sirine. Untuk beberapa detik mereka terkejut, lalu dengan cepat dokter mengambil alat pacu jantung dan meletakkannya di dadaku. Dalam hitungan 1, 2, 3 tubuhku terangkat lalu jatuh. Begitu seterusnya sampai beberapa kali. Doter terus saja mencoba tapi detak jantungnya tak muncul. Badannya terus berkeringat. Perawatdi sebelahnya menyeka keringat.

"Dokter, detak jantungnya sudah muncul," seru salah seorang perawat yang dari tadi mengamati monitor jantung,

"Alhamdulillah……" ucap doter itu lega. Semua orang dalam ruangan itu turut lega. Lama-lama jantungku mulai stabil. Dokterberjalan keluar ruangan mencoba menemukan keluargaku ditengah- tengah ramainya rumah sakit. Kak Fredy yang saat itu melamun langsung tersadar bahwa doter yang menanganiku sudah keluar. Ia langsung membangunkan kak Fifi yang terlelap di bahunya. Setengah sadar kak Fifi mengikuti kak Fredy berlari.

"Anda keluarga pasien di dalam?"tanya dokter itu lemah lembut.

"Iya betul. Bagaimana keadaan adik saya, dok?" tanya kak Fredy.

" Adik anda mengeluarkan banyak darah. Dan detak jantungnya sempat hilang," ucapannya terhenti. Ia menghela nafas. Dan menatap wajah kak Fredy dan kak Fifi mulai pucat. Lalu melanjutkannya.

"Alhamdullilah……. Setelah menggunakan pacu jantung detak jantungnnya kembali muncul. Tapi sekarang adik anda masih dalam keadaan koma," ucap dokter seraya pamit dari tempat. Tubuh kak Fredy dan kak Fifi. Sampai di ruang tempat aku di rawat kak Fifi langsung memeluk tubuhku yang terbaring tak berdaya di kasur empuk warna pink. Kak Fifi terisak. Kak Fredy mengelus dan membelai rambutku dengan penuh kasih. "Sudah-sudah … jangan menangis. Biarkan Fina beristirahat," ucap kak Fredy lembut sambil menarik tubuh kak Fifi dari tubuhku. Kak Fifi terus memandangku dan berkata" ini semua gara-gara laki-laki pilihannya. Yang selalu ia banggakan. Katanya baiklah, setia, perhatianlah ……….. cuuih!!! Ternyata sudah beristri dan beranak 3," ucap kak Fifi kesal.

Irvan ….. laki-laki tampan, baik dan pengertian pilihanku yang akan menjadi calon suamiku. Saat dia melamarku aku sangat bahagia. Sepertinya aku adalah wanita yang paling beruntung karena dapat manjadi istrinya. Segala macam tetek bengek pernikahan, kusiapkan. Aku sangat sibuk manyiapkan sampai tak kenal waktu. Akupun lupa akan kesehatanku. Akujarang makan, tubuhku mulai kurus. Tapi bagiku itu tak masalah yang penting acara pernikahanku bisa meriah.

Akupun harus menelan kekecewaan besar karena Irvan tidak datang. Yang datang hanya sepucuk surat yang isinya permintaan maaf. Dan keterusterangannya akan kebohongan selama ini. Ternyata dia sudah beristri dan beranak tiga. Harapanku yang ku bangun setinggi langit tiba-tiba runtuh. Aku sangat terkejut, hatiku bergemuruh hebat. Dan…….akhirnya peristiwa itu terjadi.

Sampai saat ini aku masih belum sadar. Kak Fredy terus menjagaku sedang kak Fifi mengurus keponakan kecilku, Deva. Sedetikpun kak Fredy tak meninggalkanku. Dalam ketidaksadaranku aku terus bergulat dengan maut. Setiap malam aku terus mimpi buruk. Tidurku selalu gelisah tapi mataku tak bisa terbuka. Aku tak ingin meninggalkan mereka, keluargaku tercinta. Aku masih ingin hidup menghirup udara bumi walaupun sudah tercemar. Dalam tidurku aku selalu berkata" Tuhan, selamatkan aku dari maut ini. Biarkan aku hidup."

Setelah semiggu koma akhirnya aku terbangun. Aku masih ingat peristiwa pagi itu yang membuatku koma. Aku pun sadar bahwa tindakanku waktu itu sangat bodoh. Aku mulai menyusun lembaran baru. Aku tak ingin menjadi Fina yang dulu. Aku akan melanjutkan kuliahku yang dulu terhenti dan akan terus hidup walaupun tanpa Irvan. Aku masih punya kak Fredy, kak Fifi, keponakan kecilku Deva dan keluarga besarku. Mereka sangat menyayangiku begitu juga denganku. Mulai saatini aku bukanlah Fina yang dulu, kini aku adalah Fina yang baru. Terima kasih tuhan…… karena-mu aku bisa hidup kembali dan menikmati indahnya matahari.